Senin, 06 Juli 2015

Hukum Timbal Balik


Beberapa dosen jengah, ketika diberikan materi tapi tidak ada satupun mahasiswa yang bertanya. Bukan hendak meremehkan, namun jika mengukur kemampuannya dulu ketika mendapat materi yang sama, wajar saja jika kesal. Sebenarnya bukan kesal karena tidak ada pertanyaan selama proses ajar-mengajar, yang menjadi masalah adalah ketika hasil ujian keluar dan nilai-nilai tersebut tidak menunjukan kenyataan di dalam kelas. Sampai seorang dosen, sebut aja Ibu X, menciptakan ‘teori gadis’. Menurut Ibu X, teori gadis terinspirasi dari sikap seorang gadis ketika merespon lawan jenisnya. Jika diam, berarti ya.

Padahal jika di kroscek, kebisuan kebanyakan mahasiswa bukan di karenakan mereka tidak mengerti, melainkan karena malu. Malu jika mereka tahu bahwa saya tidak tahu. Lebih baik diam. Catat semua materinya. Nanti malam bisa minta pencerahan pada mbah google. Kenyataannya, malam bukan waktu yang selalu tepat untuk mencurahkan kebingungan akan materi yang tadi siang di sampaikan. Belum yang anak organisasi. Rapat sampai malam. Badan sudah tak singkron dengan otak. Memahami apa yang di sampaikan dosen sebenarnya mudah jika mahasiswa mau mendeskripsikan hal aneh apa yang ada dipikirannya.

Kita sebagai mahasiswa sering menuntut dosen harusnya begini harusnya begitu. Jelas dong, dosen kan ujung tombaknya. Dan sudah menjadi tradisi mahasiswa meng-kambinghitam-kan dosen jika KHS dipenuhi dengan rantai karbon.
Sejatinya pengajar, entah itu guru atau dosen akan lebih menghargai mahasiswa yang mengeluarkan pendapat dan pertanyannya dalam forum. Karena selama proses ajar-mengajar, mengandung  hukum timbal balik antara pengajar dan pelajar. Dosen atau guru yang kita pikirkan jangan disebagaikan pengajar atau pemberi ilmu saja. Dan kita, yang mahasiswa atau siswa bukan berarti kita adalah peraup atau penampng ilmu dari pengajar tapi kita juga sebagai sumber pelatihan bagi guru atau dosen.

Masih ingatkah soal akan membuat kita berpikir, teka-teki pertanyaan, membuat otak kita bekerja. Dan ketika otak kta bekerja maka memori kita takkan tumpul. Dalam hal ini ibaratkan soal-soal, pertanaayn dan tea-teki tsb adalah pertanyaan dari pelajar. Pengajar dituntut untuk terus berpikir menggali memori akan ilmu yang di simpan dalam memorinya. Ilmunya takkan diam tapi terus bekerja. Belum lagi proses penyampaian yang ia berikan akan melatih dia menjadi seorang yang pandai berkomunikasi dengan orang lain.

Kalau di pikir-pikir jadinya pengajar yang lebih banyak untung. Yang di ajar? Untung juga asal lupakan teori gadis! Don’t be shy to asking.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar