Sabtu, 14 November 2015

Ayah

Aku selalu ragu memulai topik tentang ayah. A-y-a-h, entah di kata yang mana, yang membuat keenggananku memuncak. Untukku, memilih tak banyak berdebat dengan ayah sungguh hal bijaksana. Karena bukan argumen yang kami butuhkan. Lagi pula perdebatan soal apa yang kami inginkan? Takdir? Mengapa aku anaknya atau mengapa dia ayahku? Aku memilih untuk berbincang pada Tuhan. Berharap ayah bahagia, begitupun aku. Dalam benakku, aku hanya ingin bertanya mengapa ayah begitu bodoh mengorbankan uang rokok bahkan waktu tidurnya demi melihatku hidup tenang di tanah rantau.

Jumat, 13 November 2015

Putri yang Tidak Tertukar


Wahai Putri di tengah gemerlap pesta dansa nya para bintang
Berserulah bahwa betapa rasanya hanya kau yang paling beruntung
Karena dapat ku panggil Putri




Apa kabar Nuri dan Soraya yang jiwanya inginkan kau tukar? Semua skenariomu. Kau yang tahu baik, buruk, dan anggun nya sosok mereka.




Wahai Ruth Sahanaya, Titi DJ, dan Maliq d'Essential yang lagunya tak akan pernah hilang dari playlist ini. Terimakasih. Kalian sangat berjasa menebarkan inspirasi.

Diperjuangkan

sekali kali aku ingin diperjuangkan, bukan memperjuangkan. ingin rasanya mengerti rasa dikhawatirkan. ingin merasa ada yang perduli. ketika mungkin tengah tak ada kabar sama sekali. bagaimana rasanya? kenapa tulisannya jadi mellow gini? lembar diary sudah habis sepertinya.

Minggu, 08 November 2015

Pemandu Kebahagiaan

Sekali lagi aku datang
Bersama kekecewaan
Akan mereka yang menjadi topeng
Mengaku baik
Akan ketololan dan kebodohan
Akan pecundangnya diri ini


Mengapa sibuk bersuara?
Jika diam menentramkan
Dan seperti dulu
Saat hidup tak ada artinya selain menghitung detik kematian
Akan semua yang bergema di udara


Harusnya masih tetap sama
Karena hanya akulah pemandu kebahagiaan
Bukan dia
Bukan dia
Dan bukan dia

Jumat, 06 November 2015

Pohon Apel, Buku, dan Aku

pohon apel, buku, dan aku
pohon apel
buku
dan aku


hanya mereka yang ada di pikiranku
mengendap dan tak dapat larut
aku berharap tiap waktu di hidupku dapat mengetuk kebahagiaan agar sudi mampir di hatiku
tapi entah, siapa yang salah. aku atau takdir.
sehingga aku tak kunjung juga bertemu
pada kebahagiaan