Senin, 06 Juli 2015

Hidup yang Ku Inginkan

Sejak kecil aku selalu memiliki imajinasi. Aku jadi ingat waktu aku SD (entah kelas berapa lupa), aku di tegur oleh guruku karena aku selalu kedapatan olehnya melamun. sambil memperagakan tanganku yang menopang kepala ketika melamun. saat itu teman sekelas pun ikut-ikutan mem-bully. dan aku percaya pada apa yang mereka akatakan. bahwa aku anak aneh. dan tahun-tahun di sekolah rasanya seperti bukan bersama manusia. kita memiliki cara berpikir yang berbeda. imajinasi seperti batu di tengah hutan yang menuntun pemikiran kemana aku seharusnya berada. tapi aku baru sadar belum lama ini kalau ternyata imajinasi anugerah yang sejak dulu ingin ku lepaskan. memiliki imajinasi bukanlah perkara mudah. setiap hari yang ada di pikiran hanya bagaimana caranya mengeluarkan ini dalam bentuk yang lebih indah. menulis bukan perkara sederhana. jika di jelaskan, aku tidak yakin akan cukup dua kantung tisu untuk menyeka air mata. kalau saat ini aku ingat betapa banyak kesempatan yang seharusnya aku gunakan untuk mengikuti batu petunjuk arah itu. dan mengapa aku berada di tempat ini. Jujur saja, aku merasa tersesat. Cukupkah ini untuk menjelaskannya? Aku tersesat. Duduk di ruangan untuk mengikuti perkuliahan yang membahas jauh dari apa yang bisa kau lakukan agar imajinasimu tak mengganggumu lagi. Dan pada akhirnya aku ingin bisa merubah takdirku. Kembali ke masa lalu. Mengerjakan hal manis dan menyenangkan seperti apa yang kebanyakan perempuan kecil lakukan. Lalu melupakan bahwa imajinasi ini nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar